Dengan membaiknya infrastruktur di Indonesia salah satunya adalah perkembangan teknologi, negara ini kini menghadirkan banyak peluang untuk teknologi informasi, terutama e-commerce dan fintech, di antara negara-negara berkembang lainnya di kawasan Asia.
Penelitian oleh Google Temasek menunjukkan bahwa pada tahun 2017, penjualan e-commerce barang bekas di Indonesia mencapai nilai barang dagangan bruto sebesar Rp 151,4 triliun (USD 10,9 miliar), tumbuh 41% CAGR dari tahun 2015.
Keunggulan Perkembangan Teknologi Informasi di Indonesia :
- Indonesia telah menjadi pembelanja terbesar untuk Teknologi Informasi (TI) di Asia Tenggara.
- Internet di Indonesia menyumbang 2,5% dari PDB nasional pada tahun 2016.
- Indonesia akan mendapatkan 125 juta pengguna internet pada tahun 2025.
- Indonesia memiliki penetrasi seluler 112% dengan total 266 juta pelanggan seluler dan merupakan pasar seluler terbesar ke-4 di dunia.
- Pendapatan di pasar e-commerce di Indonesia mencapai Rp 81,8 triliun (USD 8.591 juta) pada tahun 2018.
- Tingkat pertumbuhan pendapatan tahunan (CAGR 2018-2022) sebesar 17,7% dalam e-commerce akan menghasilkan volume pasar sebesar Rp 228,9 triliun (USD 16,5 miliar) pada tahun 2022.
- Penetrasi pengguna di e-commerce mencapai 11,8% pada 2018 dan diperkirakan mencapai 15,7% pada 2022.
Pertumbuhan Ekonomi Melalui Perkembangan Teknologi Informasi
Pesatnya perkembangan teknologi di sektor teknologi informasi, dipadu dengan pendorong seperti konsumsi massal produk, urbanisasi, lonjakan penggunaan ponsel, dan populasi muda yang haus teknologi, memberikan dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Berada di peringkat ketiga di belakang China dan India, proyeksi saat ini menunjukkan bahwa e-market nasional akan mencapai Rp 151,4 triliun (USD 130 miliar) pada tahun 2020. Dengan prediksi pertumbuhan tahunan sebesar 50% dan inisiatif mobile-first yang kuat—strategi yang memfasilitasi smartphone, tablet, dan aplikasi khusus tugas untuk menyelesaikan pekerjaan—pengecer kini memiliki peluang eksklusif di Indonesia untuk mengembangkan platform seluler guna mendorong pertumbuhan e-market , khususnya pada barang konsumsi dalam kemasan.
Menurut International Data Corporation, Indonesia telah menjadi pembelanja IT terbesar di Asia Tenggara. Sektor publik banyak berinvestasi dalam meningkatkan infrastruktur internalnya, dan sektor swasta juga melakukannya untuk meningkatkan layanan pelanggan guna mendapatkan keunggulan kompetitif di pasar. Kedua sektor tersebut sangat penting karena pada tahun 2025 Indonesia akan memiliki 125 juta pengguna internet yang masif.
Selain itu, sebuah studi oleh Deloitte mengklaim bahwa internet di Indonesia pada tahun 2016 berkontribusi 2,5% dari PDB negara, naik dari hanya 1,6% pada tahun 2011. Pertumbuhan penggunaan internet semakin mendorong masyarakat Indonesia untuk membeli smartphone, berlangganan paket data bulanan, dan melakukan pembelian secara online. Memanfaatkan tren ini di Indonesia, ada kekuatan pengganggu teknologi informasi dalam beberapa dekade mendatang.
Pasar Utama IT di Indonesia
Sejumlah besar perusahaan mengalami transformasi digital di seluruh dunia. Menurut NetApp Indonesia, tiga tren teknologi informasi (TI) saat ini sedang naik daun di Indonesia.
Pertama-tama, data menjadi mata uang baru; kedua, semakin banyak model platform baru akan mengambil alih saluran tradisional; dan terakhir, pertumbuhan perusahaan sekarang sangat bergantung pada komputasi awan. Saat ini, e-commerce dan fintech adalah dua pasar besar dan berkembang di Indonesia.
Perdagangan elektronik
Pasar e-commerce Indonesia saat ini mirip dengan pasar online China pada tahap awal, dengan sejumlah besar penjual yang berbeda menyediakan barang untuk dibeli melalui rekomendasi media sosial.
Pada catatan yang sama, e-commerce Indonesia juga mewakili e-market awal AS, dibanjiri pembeli yang berhati-hati terhadap pengecer dan pembayaran online. Akibatnya, dengan potensi untuk menciptakan hibrida dari peluang terbesar berdasarkan ekonomi e-market Amerika dan China, Indonesia kini melambungkan dirinya ke pasar online global. Penelitian yang dilakukan oleh Asosiasi E-Commerce Indonesia dan Google menemukan bahwa pasar e-commerce telah tumbuh menjadi Rp 81,8 triliun (USD 8.591 juta) pada tahun 2018.
Kemudahan mencari informasi dari rumah dan melakukan pembayaran elektronik yang nyaman, seiring pasar e-commerce Indonesia memanfaatkan, adalah dua alasan utama pertumbuhan besar dalam e-commerce. Menurut iPrice.com, Lazada dan Tokopedia adalah situs e-commerce pertama dan kedua yang paling banyak dicari dengan pendapatan tertinggi di tahun 2017.
Fintech
Pada 2016, investasi fintech di Indonesia mulai menyalip e-commerce. Investasi ke startup fintech Indonesia mencapai rekor tertinggi pada 2017—lebih dari Rp 5,85 triliun (USD 421 juta).
Tren ini berlanjut hingga sekarang di tahun 2018. Berkat ledakan e-commerce yang sangat besar di Indonesia, menjadi tambang emas bagi startup pembayaran digital di fintech. Saat ini, terdapat lebih dari 150 startup fintech di Indonesia—hampir 78% lebih banyak dibandingkan tahun 2015. Sebuah survei yang dilakukan oleh AT Kearney dan Google juga mengidentifikasi bahwa fintech adalah salah satu sektor yang paling menarik bagi investor di ekosistem startup teknologi informasi.
Posting Komentar